PENDAHULUAN
Mahluk
hidup termasuk hewan memerlukan zat-zat gizi untuk melengkapi kebutuhan akan
protein, energi, mineral dan vitamin serta lainnya yang digunakan untuk proses
pertumbuhan produksi serta reproduksi dan pemeliharaan tubuhnya. Tanaman yang
merupakan sumber makanan pokok untuk hewan, juga merupakan suatu unit biologi
yang terdiri atas unit kimia yang sama dengan hewan. Oleh karena itu,
membicarakan komposisi atau susunan tubuh hewan dan tubuh tanaman sangat
penting.
Agar
ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan.
Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda
maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging)
serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara
daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang
diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam
jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa:
hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Bahan Pakan Secara Internasional
Bahan
makanan ternak atau pakan diartikan sebagai semua bahan yang dapat dimakan oleh
ternak. Bahan pakan mengandung sejumlah senyawa yang dibutuhkan oleh ternak
dalam menunjang proses kehidupan yang disebut zat makanan. Seperti halnya bahan
pangan, sumber utama bahan pakan berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan
(hewani) baik sebagai produk utama maupun hasil ikutan (limbah) pengolahan produk
utama.
Kelaziman
penggunaan suatu bahan sebagai bahan penyusun ransum ternak melahirkan istilah
bahan pakan konvensional dan nonkonvensional.Bahan pakan konvensional adalah
bahan pakan yang sudah umum atau biasa digunakan dalam penyusunan ransum dan istilah
bahan pakan nonkonvensional berarti bahan pakan yang jarang atau belum banyak
digunakan dalam penyusunan ransum.Pengelompokkan bahan pakan kedalam bahan
pakan nonkonvensional dapat berubah seiring tingkat pemanfaatannya dalam
ransum.
Kandungan
serat yang terkandung dalam bahan pakan sering dijadikan sebagai acuan
pengelompokkan bahan pakan menjadi konsentrat dan hijauan. Konsentrat dapat
berasal dari tanaman pangan beserta produk ikutannya (jagung, dedak, bungkil
kedelai), dari hewan (tepung ikan, tepung darah) dan atau dari proses
fermentasi (protein sel tunggal). Hijauan berupa rumput-rumputan dan
kacang-kacangan baik dalam bentuk segar,
kering maupun produk awetannya.
Tidak
semua hijauan makanan ternak (HMT) atau biji cereal, dan tanaman lainya yang
ada disekitar dapat diberikan untuk pakan ternak kita. Ada sebagian yang
membutuhkan beberapa proses terlebih dahulu agar dapat diberikan ke ternak.
Bahkan sebagian tidak boleh diberikan sama sekali karena mempunyai kandungan
racun.
Beberapa
senyawa bisa menjadi tidak aktif dengan berbagai proses seperti pencucian,
perebusan atau pemanasan. Apabila panas digunakan untuk menginaktifkan senyawa
antinutrisi perlu dipertimbangkan agar tidak merubah kualitas nutrisi bahan
pakan, tetapi ada beberapa kejadian kalau digunakan panas yang ekstrim bisa
juga berperan untuk membentuk senyawa toksik.
Adanya
senyawa anti nutrisi dalam bahan pakan dapat menjadi pembatas dalam
penggunaannya dalam ransum, karena senyawa antinutrisi ini akan menimbulkan
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tergantung dosis yang
masuk kedalam tubuh. Penggunaan bahan pakan yang mengandung antinutrisi harus
diolah dulu untuk menurunkan atau menginaktifkan senyawa ini, tetapi perlu
dipertimbangkan nilai ekonomis dari pengolahan ini.
Kualitas
bahan pakan ditentukan oleh kandungan nutrien atau komposisi kimianya.
Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimianya, serta penggunaannya secara
internasional bahan pakan dibagi menjadi delapan kelas:
2.1.1. Hijauan Kering dan Jerami (Dry Forages and Roughages)
Kelas
ini mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang dipotongm serta produk lain
yang mengandung serat kasar lebih dari 18 % atau dinding sel yang lebih dari 35
%. Hijaun kering (hay)dan jerami padi termasuk dalam kelas ini.Menurut Timan et
al (1994) bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua hay (hijauan
kering, dry fodder (bagian arial dari tanaman sorgum kering), dry stoffer
(bagian arial tanpa biji dari tanaman jagung atau sorgum kering) dan semua
bahan makanan kering.
2.1.1.1. Jerami Padi
Jerami padi
adalah bagian batang tumbuh yang telah dipanen bulir-bulir buah bersama atau
tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian batang yang
tertinggal.Jerami padi merupakan sumber makanan ruminansia. Menurut Hartadi
(1993) jerami padi menghasilkan bahan kering sebanyak 86 %, abu 18,2%, ekstrak
eter 1,5%, serat kasar 30,9%,BETN 32,2%, protein kasar 3,2%.
2.1.2. Pastura
Pastura
merupakan tanaman segar, hijauan segar. Semua hijauan yang dipotong atau tidak
dan diberikan dalam keadaan segar. Contoh: rumput, legum dan rambanan. Yang
termasuk dalam pastura seperti centrosoma, rumput raja, rumput gajah, enceng
gondok.
2.1.2.1.
Centrosoma
Tanaman ini
berasal dari Amerika Selatan atau parrenial.Ciri-ciri dari tanaman ini adalah
daun trifoliat, lebih runcing dibanding puero dan calopo, tumbuh membelit,
menjalar atau memanjat, berbungan kupu-kupu besar warna ungu muda kemerahan.
Kandungan nutrisi tanaman ini pada saat berbunga adalah bahan kering 25%, abu
2,2%, ekstrak eter 0,9%, serat kasar 7,8%, BETN 8,6%, protein kasar 5,5%,
protein tercerna 4,1% (Hartadi, 1993).
2.1.2.2.
Centrosoma
Tanaman
ini berasal dari Amerika Selatan atau parrenial.Ciri-ciri dari tanaman ini
adalah daun trifoliat, lebih runcing dibanding puero dan calopo, tumbuh
membelit, menjalar atau memanjat, berbungan kupu-kupu besar warna ungu muda
kemerahan. Kandungan nutrisi tanaman ini pada saat berbunga adalah bahan kering
25%, abu 2,2%, ekstrak eter 0,9%, serat kasar 7,8%, BETN 8,6%, protein kasar 5,5%,
protein tercerna 4,1% (Hartadi, 1993).
2.1.2.3.
Rumput Raja
Rumput raja adalah jenis rumput baru
yang belum banyak dikenal, yang merupakan hasil persilangan antara pennisetum
purpereum (rumput gajah) dengan pennisetum tydoides, rumput ini mudah ditanam,
dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur
dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih
tinggi dibandingkan rumput lainnya. Kandungan nutrisi pada rumput raja terdiri
dari protein kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%,
fosfor 0,35% (Hartadi, 1993).
2.1.3. Silase
Silase
adalah hijauan yang telah mengalami fermentasi didalam silo secara anaerob,
yang mengandung bahan kering sebesar 30-40%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan silase
adalah hijauan (jagung, rumput, dan lain-lain) yang diperam selama masa
tertentu, misalnya 21 hari. Dari hasil praktikum tidak ada satupun bahan pakan
yang masuk dalam kelas ini, sehingga tidak sesuai dengan buku manapun yang
menyebutkan bahwa yang termasuk dalam kelas ini adalah hijauan yang telah
mengalami fermentasi. Silase (silage) merupakan produk fermentasi suatu bahan
baku oleh mikroorgisme yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan. Kelas ini
membatasi produk fermentasi yang berasal dari hijauan, tetapi tidak untuk silase
ikan, biji-bijian, akar-akaran dan umbi-umbian.
2.1.4. Sumber Energi
Bahan
makanan dapat dikatakan sebagai sumber energi bila pada bahan makanan itu unsur
nutrisi terbesar yang dikandungnya adalah energi dan unsur lainnya kecil atau
bersifat melengkapinya saja (Soetisno, 1979).Bahan makanan sumber energi
berasal dari biji- bijian dan limbah prosesing bijian itu, (Anggorodi, 1994).
Termasuk kelompok ini adalah bahan – bahan dengan protein kasar dengan kurang
dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% .
Kelompok serealia/ biji-bijian (jagung, gandum, sorgum), kelompok hasil
sampingan serealia (limbah penggilingan), kelompok umbi (ketela rambat, ketela
pohon, dan hasil sampingannya). Yang termasuk bahan pakan sumber energi diantaranya
adalah benih padi, sorgum putih, sorgum coklat, tepung daun pepaya, ampas
kelapa, biji bunga matahari, dedak, biji jagung, tepung gaplek, millet putih,
onggok, tetes, bekatul.
2.1.4.1. Benih Padi
Benih
padi pada bagian terluar diselapui sekam, sekam dibentuk dari jaringan
berselulosa dan berserat serta mengandung kadar silika yang tinggi. Komponen
utama yang menyusun benih padi antara lain karbohidrat 84,83%, protein 9,78%,
lemak 2,20%, serat kasar 1,10%, abu 2,09% (Sadjad, 1987).
2.1.4.2. Sorgum Putih dan Coklat
Sorgum
merupakan salah satu tanaman bahan pakan, termasuk famili Graminae. Biji
shorgum ada yang tertutup rapat oleh sekam yang liat, ada pula yang tertutup
sebagian, atau tidak tertutup sama sekali. Kandungan nutrisi dalam shorgum
adalah 1,95% abu; 2,4% serat kasar; 69,2% BETN; dan 9,6 protein kasar, Hartadi,
1993).
2.1.4.3. Tepung Daun Pepaya
Berdasarkan
hasil praktikum, tepung daun pepaya termasuk dalam sumber energi karena potensi
protein kasar yang terkandung adalah 21-27%. Hal ini tidak sesuai dengan
pendapat Lubis (1992) yang mengungkapkan bahwa sumber energi merupakan bahan
pakan yang memiliki kandungan protein kasar kurang dari 20% dengan konsentrasi
serat kasar dibawah 18%. Akan tetapi tepung daun papaya tetap dapat di masukkan
dalam kelas sumber energi meskipun kandungan protein kasarnya di atas standar
karena dapat diamnfaatkan terutama untuk penyusunan pakan ternak pedaging serta
penggunaannya untuk komposisi pakan ternak unggas hanya terbatas sekitar 2-5%
terutama untuk menghindari pengaruh buruk.Menurut hasil praktikum maka tepung
daun papaya memiliki bentuk serbuk, berwarna hijau, berbau apek, rasa hambar
serta zat antinutrisinya berupa mimosin.Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa daun papaya yang mengandung zat pepsin
merupakan enzim yang bisa memperbaiki karkas daging ternak unggas.
2.1.4.4. Onggok
Berdasarkan
hasil praktikum, onggok termasuk dalam sumber energi karena Kadar protein dapat
dicerna sebesar 0,6% dan martabat patinya 76%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soelistiyono (1976) bahwa susunan zat makanannya berupa 18% air; 0,8% PK; 76%
BETN; 2,2% SK; 0,2% L; 2,5% abu. Onggok memiliki bentuk butiran, warna cokelat,
tidak berbau, rasa hambar, serta memiliki zat antinutrisi berupa mimosin.Onggok
merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu yang berwarna putih
sehingga kandungan proteinnya rendah yaitu kurang dari 5%. Anonim (2009)
menambahkan bahwa onggok yang terfermentasi dapat digunakan sebagai bahan baku
pakan ternak terutama ternak unggas.
2.1.4.5. Bekatul
Berdasarkan
hasil praktikum, bekatul termasuk dalam sumber energi karena bekatul mengandung
zat anti nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti tripsin.Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa bekatul juga mengandung
calcium-fosfor dan Zn-filtrat yang tinggi.Bekatul memiliki bentuk serbuk,
berwarna cokelat keputihan, bau khas, rasa hambar dan zat anti nutrisi yang
dimiliki adalah oxalat.Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa
bekatul adalah pakan sumber energi yang merupakan hasil samping pertanian.
2.1.4.6. Tetes
Berdasarkan
hasil praktikum, tetes adalah bahan pakan yang tergolong dalam kelas sumber
energi. Tetes berbentuk cair, berwarna hitam, bau seperti kecap, rasa manis dan
memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Penggunan dalam penyusunan pakan
ternak terbatas sekitar 5% dari komposisi pakan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bila terlalu banyak pemakaiannnya
akan menyebabkan feses (kotoran) ternak ungaas menjadi basah. Kadar protein
indeks rendah, tapi cukup potensial sebagai sumber energi.
2.1.4.6. Biji Bunga Matahari
Biji
yang diambil dari bunga matahari yang telah dikeringkan.Biji bunga matahari
terdapat kangungan beta sistospostesterol prostagladin E, asam clorogenik, asam
khuinat, khitin, dan tiga sampai empat bhenzo pirin. Dalam setiap 100 gr biji
bunga matahari terdapat lemak dengan total 100, yang terdiri dari lemak jenuh
9,8, dan lemak tak jenuh 11,7. Selebihnya terdapat asam linoleat sebanyak 72,9
dan sisanya tidak mengandung kolesterol (Hendroko, 2008).
2.1.4.7. Dedak
Dedak
merupakan hasil ikutan beras yang telah mengalami proses (Murtidjo, 1991).
Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang
mengandung “bagian luar” beras yang tidak terbawa, tetapi bercampur pula dengan
bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya
kandungan serat kasar dedak.Berdasarkan mutu dedak padi, dapat dibagi dalam
tiga kelas yaitu dedak kasar, dedak lunteh (halus) dan bekatul (Anggorodi,
1994).
Kandungan
nutrisi dedak adalah PK 12%, lemak 13%, serat kasar 12%, abu 10,1%, 41,9% BETN
(Hartadi, 1993). Dedak kasar ini sebenarnya terdiri atas pecahan-pecahan kulit
gabah yang masih tercampur dengan sedikit bahan yang berasal dari berasnya
sendiridan berwarna kuning cerah. Dedak
kasar yang sungguh-sungguh kering mengandung rata-rata 10,6% air; 4,1% protein;
32,4% BETN; 35,3% serat kasar; 1,6% lemak; 16% abu, kadar protein dapat dicerna
2,8% dan martabat patinya 19% (Soetisno, 1979).
2.1.4.8. Biji Jagung
Kandungan
nutrisi jagung kuning adalah karbohidrat (terutama pati 80% dari bahan kering),
protein 15% dari bahan kering dan lemak 15,5% dari bahan kering dan air. Jagung
kuning merupakan jenis dari sereals, berwarna kuning yang mempunyai kandungan
lisin dan protein yang lebih tinggi daripada gandum.Jagung kuning disamping
mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum. Jagung mengandung
kadar triptofan yang rendah sedangkan yang paling rendah adalah kadar
metioninnya dan lisin. Kandungan nutrisi jagung kuning adalah 1,7% abu, 2,2%
SK, 68,6% BETN dan 8,9% PK (Hartadi, 1993).
2.1.4.9. Millet Putih
Millet
merupakan tanaman rumput-rumputan dari genus penicum, berupa serealia dan
berbiji kecil.Biji tersusun rapat dalam berbagai ukuran berbentuk gada,
silindris, atau runcing pada salah satu atau kedua ujungnya.Biji millet paling
banyak di jual di pasar burung.Bentuk biji ini kecil bulat, mengkilat dan
bagian ujungnya runcing.Millet merupakan tanaman sebangsa rumput Panicum
miliacum dan Panicum romosom.Warna bijinya coklat kemerah-merahan. Komposisi
bahan pakan millet adalah 3,24% abu, 8,11% SK, 61,18% BETN dan 3,99% lemak
(Hartadi, 1993).
Selanjutnya
ditambahkan Murtidjo (1987), bagian biji
millet merupakan penyedia pakan ternak yang kandungan protein nabati terutama
asam amino sistein dapat mencapai kadar 56,8%.
2.1.5. Sumber Protein
Sumber
protein merupakan segal pakan yang mengandung protein kasar 20% yang terdapat
pada hewan maupun tanaman. Dari hasil praktikum terdapat beberapa bahan pakan
yang masuk dalam kelas ini antara lain adalah kacang tanah, bungkil kelapa,
tepung daun turi dan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan
Rianto (2009) yang menyatakan bahwayang termasuk dalam kelompok ini adalah
bahan pakan yang mengandung protein kasar 20%atau lebih. Misalnya, bahan pakan
yang berasal dari hewan (termasuk bahan yang disilase), bungkil-bungkilan dan
beberapa bahan lain. Semisal bungkil kelapa, bungkil kelapa adalah limbah dari
pembuatan minyak kelapa yang merupakan bahan makanan yang biasa diberikan
kepada ternak. Bungkil kelapa ini mempunyai kandungan gizi yang cukup, misalnya
adalah protein 17,09% dan kandungan gizi lainnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa bungkil kelapa adalah ampas dari
proses pembuatan minyak kelapa. Kandungan gizinya antara lain lemak 9,44%,
protein 17,09%, karbohidrat 23,77%, abu 5,92%, serat kasar 30,4% dan air
13,35%.
2.1.5.1. Top Mix
Topmix
adalah supplemen vitamin, mineral, asam amino dan antibiotik atau pengobatan
dari keempatnya. Penggunaan topmix mutlak diperlukan jika kandungan nutrisi
tersebut dalam pakan tidak lengkap atau tidak mencukupi.Hal tersebut sesuai
denagn pendapat Tillman et al (1991) bahwa topmix mengandung komposisi vitamin
asm amino, mineral dan pemicu pertumbuhan.
2.1.5.2. Biji Kacang Hijau
Kacang
hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah
tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi.Kandungan yang ada pada kacang hijau antara lain:
kandungan energinya 2220 kkal/kg, kandungan protein 21,30%, kandungan serat
kasar 4,50%, lemak 0,90%, kandungan Ca 0,10% (Rasyaf, 1992).
2.1.5.3.
Biji Kacang Tanah
Biji
kacang tanah mempunyai kalori 452, protein 25,30 gr, lemak 42,82 gr,karbohidrat
21,10 gr, fosfor 335 mg, zat besi 1,30 mg, vitamin B1 0,30 mg, Vitamin C 3,00
mg, Air 4,00 mg.
2.1.6. Sumber Mineral
Sumber
mineral adalah segala bahan yang mengandung cukup banyak mineral dan fosfor.
Dari hasil praktikum terdapat bahan pakan yang masuk dalam kelas ini,
bahan-bahan tersebut antara lain adalah premik, tepung batu, tepung tulang dan
ultra mineral. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang
menyatakan bahwa yang termasuk bahan pakan sumber mineral antar lain adalah
tepung tulang dan bahan-bahan hasil pertambangan. Selain itu juga mengandung
kalsiun dan fosfor, dimana sangat dibutuhkan oleh ternak untukpertumbuhan dan
pembentukan tulang. Bilaman ternak kekurangan akan kalsium dan fosfor ini, maka
ternak pertumbuhan ternak akan terganggu. Hal ini sesuai pendapat Alamsyah
(2005) yang menyatakan bahwa Kalsium dan fosfor merupakan unsure mikro yang
penting karena beberapa alasan yaitu kalsium dibutuhkan ternak untuk perumbuhan
dan pembentukan tulang, tubuh ternak tersusun atas 70%-80% Ca dan P, kalsium
dan fosfor diperlukan sebagai sumber mineral. Apabila kekurangan Ca dan P maka
efek yang terjadi pada ternak adalah pertumbuhan terhambat, produksi telur dan
daging menurun serta tulang mudah patah. Bahan pakan yang termasuk dalam sumber
mineral antara lain ultra mineral, tepung kapur, pasir, garam dan tepung
cangkang kerang.
2.1.6.1. Garam
Garam
digunakan sebagai sumber Na dan Cl. Penggunaanya dalam pakan maksimal 0,25%.
Jika kelebihan dapat mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran feses
meningkat (Yaman, 2010).
2.1.6.2. Tepung Cangkang Kerang
Tepung kerang merupakan bahan pakan sumber
mineral yaitu kalsium dan fosfor, termasuk dalam kelas eman dalam klasifikasi
bahan pakan secara internasional yang mengandung 1,2% BETN, 43,4% protein
kasar, dan 86% bahan kering.Tepung kerang terbuat dari kerang yang digiling
halus (Hartadi et all, 1991).
2.1.7. Sumber Vitamin
Merupakan
bahan pakan yang cukup banyak mengandung vitamin.Dari hasil praktikum, tidak
ada satupun bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, sehingga tidak sesuai
dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa vitamin
banyak terdapat pada hijauan.Sumber vitamin yang dimaksudkan disini termasuk
ensilasi dan ragi. Pemberian vitamin atau bahan pakan yang mengandung vitamin
yang kurang akan menyebabkan ternak mudah terserang penyakit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa apabila kebutuhan vitamin
tidak terpenuhi pada ternak, maka akan timbul penyakit defisiensi vitamin.
Vitamin ada dua jenis yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang tidak
larut dalam air.Bahan pakan yang termasuk bahan pakan adalah vita chicks, jeruk
nipis.
2.1.7.1. Vita Chiks
Vita
Chiks adalahvitamin dan anti biotik untuk anak ayam. Komposisinyaterdiri dari
Baticratin M D 35 gr, Vitamin A 5.106
iu, Vitamin D3 5.105 iu, Vitamin E 2500 iu, K3 (Menadione Sodium B1
sulfid) 1 gr, Vitamin B1 2 gr, Vitamin B2 4 gr, Nicotinic Acid 5 gr, Vitamin B6
1 gr,Vitamin B12 1 mg, Vitamin C 20 gr (Amirudin, 1995).
2.1.7.2. Jeruk Nipis
Dalam
setiap 100 mg jeruk nipis mengandung kalori 37,0 kal, protein 0,80 gr,Lemak
0,10 gr, karbohidrat 12,30 gr, kalsium 40,00 mg, fosfor 22,00 mg, zat besi
0,60Mg, Vit B1 0,40 mg, Vit C 27,00 mg, air 86,00 gr, Bdd 76% (Rumana, 2003).
2.1.8.
Zat Aditif
Adalah
bahan yang ditambahkan kedalam ransum dengan jumlah sedikit dengan tujuan
tertentu. Dari hasil praktikum tidak ditemukan bahan pakan yang masuk dalam
kelas ini, sehingga tidak sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2005)
yang menyatakan bahwa bahan pakan yang masuk dalam kelas ini meliputi
antibiotik, hormon dan obat-obatan. Adapun hubungan antara bahan pakan dengan
bahan additive ini adalah bahwasanya bahan additive digunakan untuk
meningkatkan kualitas produk.Hal ini sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005)
yang menyatakan bahwa beberapa informasi penting untuk bahan tambahan atau additive
sehubungan dengan pengolaan pakan ternak adalah bahan additive diberikan atau
ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah sedikit, bahan additive ini diperlukan
agar produksi pakan optimal.Bahan pakan yang termasuk zat aditif adalah jahe,
kunyit, cuka dixsi, urea, temulawak.
2.1.8.1. Jahe
Jahe
adalah rimpang jahenya yang telah berkembang dalam tanah yang ukurannya
semakin besar seiring pertambahan umur
tanaman dan biasanya digunakan sebagai zat adifit (Prasetio, 2003). Rimpang
jahe mengandung nutrisi pati sekitar 58%, protein 8%, oleoresin 3-5% dan minyak
atsiri 1-3% (Rusmana, 2000).
2.1.8.1.
Kunyit
Kunyit
adalah tumbuhan suku Zingiberaceae marga curcuma. Banyak digunakan dalam
masakan misal sebagai bumbu penyedap, pemberi warna kuning dan dapat membuat makanan
lebih awet, dapat juga digunakan sebagai obat.Nilai nutrisi kunyit per 78 gr
adalah kalsium 74 gr, fosfor 78 gr, besi 3,3 mg, kalori 63 Cal, protein 2 gr,
karbohidrat 9,1 gr, air 84,9 gr.
2.1.8.2. Temulawak
Berdasarkan hasil praktikum, temulawak
termasuk zat additif, memiliki bentuk bongkahan, berwarna kuning (orange), bau
khas temulawak, rasa pahit serta mengandung zat antinutrisi berupa mimosin.Hal
tersebut sesuai dengan pendapet Murtidjo (1991) yang menyatakan bahwa temulawak
mempunyai warna kekuningan atau kecokelatan.
DAFTAR PUSTAKA
Parakkasi, A. 1986.
Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Siregar. 1994.
Penggemukan Sapi. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Tillman, Hartadi, H,
Reksohadiprodjo, Praawirokusumo dan Lobdosoekodjo.
1991. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar