Minggu, 30 November 2014

Klasifikasi Bahan Pakan Secara Internasional


BAB I
PENDAHULUAN
Mahluk hidup termasuk hewan memerlukan zat-zat gizi untuk melengkapi kebutuhan akan protein, energi, mineral dan vitamin serta lainnya yang digunakan untuk proses pertumbuhan produksi serta reproduksi dan pemeliharaan tubuhnya. Tanaman yang merupakan sumber makanan pokok untuk hewan, juga merupakan suatu unit biologi yang terdiri atas unit kimia yang sama dengan hewan. Oleh karena itu, membicarakan komposisi atau susunan tubuh hewan dan tubuh tanaman sangat penting.    
Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Klasifikasi Bahan Pakan Secara Internasional
Bahan makanan ternak atau pakan diartikan sebagai semua bahan yang dapat dimakan oleh ternak. Bahan pakan mengandung sejumlah senyawa yang dibutuhkan oleh ternak dalam menunjang proses kehidupan yang disebut zat makanan. Seperti halnya bahan pangan, sumber utama bahan pakan berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani) baik sebagai produk utama maupun hasil ikutan (limbah) pengolahan produk utama.
Kelaziman penggunaan suatu bahan sebagai bahan penyusun ransum ternak melahirkan istilah bahan pakan konvensional dan nonkonvensional.Bahan pakan konvensional adalah bahan pakan yang sudah umum atau biasa digunakan dalam penyusunan ransum dan istilah bahan pakan nonkonvensional berarti bahan pakan yang jarang atau belum banyak digunakan dalam penyusunan ransum.Pengelompokkan bahan pakan kedalam bahan pakan nonkonvensional dapat berubah seiring tingkat pemanfaatannya dalam ransum.
Kandungan serat yang terkandung dalam bahan pakan sering dijadikan sebagai acuan pengelompokkan bahan pakan menjadi konsentrat dan hijauan. Konsentrat dapat berasal dari tanaman pangan beserta produk ikutannya (jagung, dedak, bungkil kedelai), dari hewan (tepung ikan, tepung darah) dan atau dari proses fermentasi (protein sel tunggal). Hijauan berupa rumput-rumputan dan kacang-kacangan  baik dalam bentuk segar, kering maupun produk awetannya.
Tidak semua hijauan makanan ternak (HMT) atau biji cereal, dan tanaman lainya yang ada disekitar dapat diberikan untuk pakan ternak kita. Ada sebagian yang membutuhkan beberapa proses terlebih dahulu agar dapat diberikan ke ternak. Bahkan sebagian tidak boleh diberikan sama sekali karena mempunyai kandungan racun.
Beberapa senyawa bisa menjadi tidak aktif dengan berbagai proses seperti pencucian, perebusan atau pemanasan. Apabila panas digunakan untuk menginaktifkan senyawa antinutrisi perlu dipertimbangkan agar tidak merubah kualitas nutrisi bahan pakan, tetapi ada beberapa kejadian kalau digunakan panas yang ekstrim bisa juga berperan untuk membentuk senyawa toksik.
Adanya senyawa anti nutrisi dalam bahan pakan dapat menjadi pembatas dalam penggunaannya dalam ransum, karena senyawa antinutrisi ini akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tergantung dosis yang masuk kedalam tubuh. Penggunaan bahan pakan yang mengandung antinutrisi harus diolah dulu untuk menurunkan atau menginaktifkan senyawa ini, tetapi perlu dipertimbangkan nilai ekonomis dari pengolahan ini.
Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan nutrien atau komposisi kimianya. Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimianya, serta penggunaannya secara internasional bahan pakan dibagi menjadi delapan kelas:
2.1.1.   Hijauan Kering dan Jerami (Dry Forages and Roughages)
Kelas ini mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang dipotongm serta produk lain yang mengandung serat kasar lebih dari 18 % atau dinding sel yang lebih dari 35 %. Hijaun kering (hay)dan jerami padi termasuk dalam kelas ini.Menurut Timan et al (1994) bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua hay (hijauan kering, dry fodder (bagian arial dari tanaman sorgum kering), dry stoffer (bagian arial tanpa biji dari tanaman jagung atau sorgum kering) dan semua bahan makanan kering.
2.1.1.1.   Jerami Padi
Jerami padi adalah bagian batang tumbuh yang telah dipanen bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian batang yang tertinggal.Jerami padi merupakan sumber makanan ruminansia. Menurut Hartadi (1993) jerami padi menghasilkan bahan kering sebanyak 86 %, abu 18,2%, ekstrak eter 1,5%, serat kasar 30,9%,BETN 32,2%, protein kasar 3,2%.

2.1.2.   Pastura
Pastura merupakan tanaman segar, hijauan segar. Semua hijauan yang dipotong atau tidak dan diberikan dalam keadaan segar. Contoh: rumput, legum dan rambanan. Yang termasuk dalam pastura seperti centrosoma, rumput raja, rumput gajah, enceng gondok.
2.1.2.1. Centrosoma
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan atau parrenial.Ciri-ciri dari tanaman ini adalah daun trifoliat, lebih runcing dibanding puero dan calopo, tumbuh membelit, menjalar atau memanjat, berbungan kupu-kupu besar warna ungu muda kemerahan. Kandungan nutrisi tanaman ini pada saat berbunga adalah bahan kering 25%, abu 2,2%, ekstrak eter 0,9%, serat kasar 7,8%, BETN 8,6%, protein kasar 5,5%, protein tercerna 4,1% (Hartadi, 1993).
2.1.2.2. Centrosoma
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan atau parrenial.Ciri-ciri dari tanaman ini adalah daun trifoliat, lebih runcing dibanding puero dan calopo, tumbuh membelit, menjalar atau memanjat, berbungan kupu-kupu besar warna ungu muda kemerahan. Kandungan nutrisi tanaman ini pada saat berbunga adalah bahan kering 25%, abu 2,2%, ekstrak eter 0,9%, serat kasar 7,8%, BETN 8,6%, protein kasar 5,5%, protein tercerna 4,1% (Hartadi, 1993).
2.1.2.3. Rumput Raja
        Rumput raja adalah jenis rumput baru yang belum banyak dikenal, yang merupakan hasil persilangan antara pennisetum purpereum (rumput gajah) dengan pennisetum tydoides, rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya. Kandungan nutrisi pada rumput raja terdiri dari protein kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%, fosfor 0,35% (Hartadi, 1993).
2.1.3.   Silase
Silase adalah hijauan yang telah mengalami fermentasi didalam silo secara anaerob, yang mengandung bahan kering sebesar 30-40%. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan silase adalah hijauan (jagung, rumput, dan lain-lain) yang diperam selama masa tertentu, misalnya 21 hari. Dari hasil praktikum tidak ada satupun bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, sehingga tidak sesuai dengan buku manapun yang menyebutkan bahwa yang termasuk dalam kelas ini adalah hijauan yang telah mengalami fermentasi. Silase (silage) merupakan produk fermentasi suatu bahan baku oleh mikroorgisme yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan. Kelas ini membatasi produk fermentasi yang berasal dari hijauan, tetapi tidak untuk silase ikan, biji-bijian, akar-akaran dan umbi-umbian.
2.1.4.   Sumber Energi
Bahan makanan dapat dikatakan sebagai sumber energi bila pada bahan makanan itu unsur nutrisi terbesar yang dikandungnya adalah energi dan unsur lainnya kecil atau bersifat melengkapinya saja (Soetisno, 1979).Bahan makanan sumber energi berasal dari biji- bijian dan limbah prosesing bijian itu, (Anggorodi, 1994). Termasuk kelompok ini adalah bahan – bahan dengan protein kasar dengan kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% . Kelompok serealia/ biji-bijian (jagung, gandum, sorgum), kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan), kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon, dan hasil sampingannya). Yang termasuk bahan pakan sumber energi diantaranya adalah benih padi, sorgum putih, sorgum coklat, tepung daun pepaya, ampas kelapa, biji bunga matahari, dedak, biji jagung, tepung gaplek, millet putih, onggok, tetes, bekatul.

2.1.4.1.            Benih Padi
Benih padi pada bagian terluar diselapui sekam, sekam dibentuk dari jaringan berselulosa dan berserat serta mengandung kadar silika yang tinggi. Komponen utama yang menyusun benih padi antara lain karbohidrat 84,83%, protein 9,78%, lemak 2,20%, serat kasar 1,10%, abu 2,09% (Sadjad, 1987).
2.1.4.2.  Sorgum Putih dan Coklat
Sorgum merupakan salah satu tanaman bahan pakan, termasuk famili Graminae. Biji shorgum ada yang tertutup rapat oleh sekam yang liat, ada pula yang tertutup sebagian, atau tidak tertutup sama sekali. Kandungan nutrisi dalam shorgum adalah 1,95% abu; 2,4% serat kasar; 69,2% BETN; dan 9,6 protein kasar, Hartadi, 1993).
2.1.4.3.   Tepung Daun Pepaya
Berdasarkan hasil praktikum, tepung daun pepaya termasuk dalam sumber energi karena potensi protein kasar yang terkandung adalah 21-27%. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Lubis (1992) yang mengungkapkan bahwa sumber energi merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan protein kasar kurang dari 20% dengan konsentrasi serat kasar dibawah 18%. Akan tetapi tepung daun papaya tetap dapat di masukkan dalam kelas sumber energi meskipun kandungan protein kasarnya di atas standar karena dapat diamnfaatkan terutama untuk penyusunan pakan ternak pedaging serta penggunaannya untuk komposisi pakan ternak unggas hanya terbatas sekitar 2-5% terutama untuk menghindari pengaruh buruk.Menurut hasil praktikum maka tepung daun papaya memiliki bentuk serbuk, berwarna hijau, berbau apek, rasa hambar serta zat antinutrisinya berupa mimosin.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa daun papaya yang mengandung zat pepsin merupakan enzim yang bisa memperbaiki karkas daging ternak unggas.
2.1.4.4.  Onggok
Berdasarkan hasil praktikum, onggok termasuk dalam sumber energi karena Kadar protein dapat dicerna sebesar 0,6% dan martabat patinya 76%. Hal ini sesuai dengan pendapat Soelistiyono (1976) bahwa susunan zat makanannya berupa 18% air; 0,8% PK; 76% BETN; 2,2% SK; 0,2% L; 2,5% abu. Onggok memiliki bentuk butiran, warna cokelat, tidak berbau, rasa hambar, serta memiliki zat antinutrisi berupa mimosin.Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu yang berwarna putih sehingga kandungan proteinnya rendah yaitu kurang dari 5%. Anonim (2009) menambahkan bahwa onggok yang terfermentasi dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak terutama ternak unggas.
2.1.4.5.  Bekatul
Berdasarkan hasil praktikum, bekatul termasuk dalam sumber energi karena bekatul mengandung zat anti nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti tripsin.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa bekatul juga mengandung calcium-fosfor dan Zn-filtrat yang tinggi.Bekatul memiliki bentuk serbuk, berwarna cokelat keputihan, bau khas, rasa hambar dan zat anti nutrisi yang dimiliki adalah oxalat.Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa bekatul adalah pakan sumber energi yang merupakan hasil samping pertanian.
2.1.4.6.  Tetes
Berdasarkan hasil praktikum, tetes adalah bahan pakan yang tergolong dalam kelas sumber energi. Tetes berbentuk cair, berwarna hitam, bau seperti kecap, rasa manis dan memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Penggunan dalam penyusunan pakan ternak terbatas sekitar 5% dari komposisi pakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bila terlalu banyak pemakaiannnya akan menyebabkan feses (kotoran) ternak ungaas menjadi basah. Kadar protein indeks rendah, tapi cukup potensial sebagai sumber energi.
2.1.4.6.  Biji Bunga Matahari
Biji yang diambil dari bunga matahari yang telah dikeringkan.Biji bunga matahari terdapat kangungan beta sistospostesterol prostagladin E, asam clorogenik, asam khuinat, khitin, dan tiga sampai empat bhenzo pirin. Dalam setiap 100 gr biji bunga matahari terdapat lemak dengan total 100, yang terdiri dari lemak jenuh 9,8, dan lemak tak jenuh 11,7. Selebihnya terdapat asam linoleat sebanyak 72,9 dan sisanya tidak mengandung kolesterol (Hendroko, 2008).
2.1.4.7.  Dedak
Dedak merupakan hasil ikutan beras yang telah mengalami proses (Murtidjo, 1991). Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung “bagian luar” beras yang tidak terbawa, tetapi bercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak.Berdasarkan mutu dedak padi, dapat dibagi dalam tiga kelas yaitu dedak kasar, dedak lunteh (halus) dan bekatul (Anggorodi, 1994).
Kandungan nutrisi dedak adalah PK 12%, lemak 13%, serat kasar 12%, abu 10,1%, 41,9% BETN (Hartadi, 1993). Dedak kasar ini sebenarnya terdiri atas pecahan-pecahan kulit gabah yang masih tercampur dengan sedikit bahan yang berasal dari berasnya sendiridan berwarna kuning cerah.  Dedak kasar yang sungguh-sungguh kering mengandung rata-rata 10,6% air; 4,1% protein; 32,4% BETN; 35,3% serat kasar; 1,6% lemak; 16% abu, kadar protein dapat dicerna 2,8% dan martabat patinya 19% (Soetisno, 1979).
2.1.4.8.  Biji Jagung
Kandungan nutrisi jagung kuning adalah karbohidrat (terutama pati 80% dari bahan kering), protein 15% dari bahan kering dan lemak 15,5% dari bahan kering dan air. Jagung kuning merupakan jenis dari sereals, berwarna kuning yang mempunyai kandungan lisin dan protein yang lebih tinggi daripada gandum.Jagung kuning disamping mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum. Jagung mengandung kadar triptofan yang rendah sedangkan yang paling rendah adalah kadar metioninnya dan lisin. Kandungan nutrisi jagung kuning adalah 1,7% abu, 2,2% SK, 68,6% BETN dan 8,9% PK (Hartadi, 1993).
2.1.4.9.  Millet Putih
Millet merupakan tanaman rumput-rumputan dari genus penicum, berupa serealia dan berbiji kecil.Biji tersusun rapat dalam berbagai ukuran berbentuk gada, silindris, atau runcing pada salah satu atau kedua ujungnya.Biji millet paling banyak di jual di pasar burung.Bentuk biji ini kecil bulat, mengkilat dan bagian ujungnya runcing.Millet merupakan tanaman sebangsa rumput Panicum miliacum dan Panicum romosom.Warna bijinya coklat kemerah-merahan. Komposisi bahan pakan millet adalah 3,24% abu, 8,11% SK, 61,18% BETN dan 3,99% lemak (Hartadi, 1993).
Selanjutnya ditambahkan Murtidjo (1987),  bagian biji millet merupakan penyedia pakan ternak yang kandungan protein nabati terutama asam amino sistein dapat mencapai kadar 56,8%. 
2.1.5.  Sumber Protein
Sumber protein merupakan segal pakan yang mengandung protein kasar 20% yang terdapat pada hewan maupun tanaman. Dari hasil praktikum terdapat beberapa bahan pakan yang masuk dalam kelas ini antara lain adalah kacang tanah, bungkil kelapa, tepung daun turi dan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwayang termasuk dalam kelompok ini adalah bahan pakan yang mengandung protein kasar 20%atau lebih. Misalnya, bahan pakan yang berasal dari hewan (termasuk bahan yang disilase), bungkil-bungkilan dan beberapa bahan lain. Semisal bungkil kelapa, bungkil kelapa adalah limbah dari pembuatan minyak kelapa yang merupakan bahan makanan yang biasa diberikan kepada ternak. Bungkil kelapa ini mempunyai kandungan gizi yang cukup, misalnya adalah protein 17,09% dan kandungan gizi lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa. Kandungan gizinya antara lain lemak 9,44%, protein 17,09%, karbohidrat 23,77%, abu 5,92%, serat kasar 30,4% dan air 13,35%.
2.1.5.1.  Top Mix
Topmix adalah supplemen vitamin, mineral, asam amino dan antibiotik atau pengobatan dari keempatnya. Penggunaan topmix mutlak diperlukan jika kandungan nutrisi tersebut dalam pakan tidak lengkap atau tidak mencukupi.Hal tersebut sesuai denagn pendapat Tillman et al (1991) bahwa topmix mengandung komposisi vitamin asm amino, mineral dan pemicu pertumbuhan.
2.1.5.2.  Biji Kacang Hijau
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi.Kandungan yang ada pada kacang hijau antara lain: kandungan energinya 2220 kkal/kg, kandungan protein 21,30%, kandungan serat kasar 4,50%, lemak 0,90%, kandungan Ca 0,10% (Rasyaf, 1992).
2.1.5.3. Biji Kacang Tanah
Biji kacang tanah mempunyai kalori 452, protein 25,30 gr, lemak 42,82 gr,karbohidrat 21,10 gr, fosfor 335 mg, zat besi 1,30 mg, vitamin B1 0,30 mg, Vitamin C 3,00 mg, Air 4,00 mg.
2.1.6.   Sumber Mineral
Sumber mineral adalah segala bahan yang mengandung cukup banyak mineral dan fosfor. Dari hasil praktikum terdapat bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, bahan-bahan tersebut antara lain adalah premik, tepung batu, tepung tulang dan ultra mineral. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa yang termasuk bahan pakan sumber mineral antar lain adalah tepung tulang dan bahan-bahan hasil pertambangan. Selain itu juga mengandung kalsiun dan fosfor, dimana sangat dibutuhkan oleh ternak untukpertumbuhan dan pembentukan tulang. Bilaman ternak kekurangan akan kalsium dan fosfor ini, maka ternak pertumbuhan ternak akan terganggu. Hal ini sesuai pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa Kalsium dan fosfor merupakan unsure mikro yang penting karena beberapa alasan yaitu kalsium dibutuhkan ternak untuk perumbuhan dan pembentukan tulang, tubuh ternak tersusun atas 70%-80% Ca dan P, kalsium dan fosfor diperlukan sebagai sumber mineral. Apabila kekurangan Ca dan P maka efek yang terjadi pada ternak adalah pertumbuhan terhambat, produksi telur dan daging menurun serta tulang mudah patah. Bahan pakan yang termasuk dalam sumber mineral antara lain ultra mineral, tepung kapur, pasir, garam dan tepung cangkang kerang.
2.1.6.1.  Garam
Garam digunakan sebagai sumber Na dan Cl. Penggunaanya dalam pakan maksimal 0,25%. Jika kelebihan dapat mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran feses meningkat (Yaman, 2010).
2.1.6.2.  Tepung Cangkang Kerang
    Tepung kerang merupakan bahan pakan sumber mineral yaitu kalsium dan fosfor, termasuk dalam kelas eman dalam klasifikasi bahan pakan secara internasional yang mengandung 1,2% BETN, 43,4% protein kasar, dan 86% bahan kering.Tepung kerang terbuat dari kerang yang digiling halus (Hartadi et all, 1991).
2.1.7.  Sumber Vitamin
Merupakan bahan pakan yang cukup banyak mengandung vitamin.Dari hasil praktikum, tidak ada satupun bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, sehingga tidak sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa vitamin banyak terdapat pada hijauan.Sumber vitamin yang dimaksudkan disini termasuk ensilasi dan ragi. Pemberian vitamin atau bahan pakan yang mengandung vitamin yang kurang akan menyebabkan ternak mudah terserang penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa apabila kebutuhan vitamin tidak terpenuhi pada ternak, maka akan timbul penyakit defisiensi vitamin. Vitamin ada dua jenis yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang tidak larut dalam air.Bahan pakan yang termasuk bahan pakan adalah vita chicks, jeruk nipis.
2.1.7.1.  Vita Chiks
Vita Chiks adalahvitamin dan anti biotik untuk anak ayam. Komposisinyaterdiri dari Baticratin M D 35 gr, Vitamin A 5.106  iu, Vitamin D3 5.105 iu, Vitamin E 2500 iu, K3 (Menadione Sodium B1 sulfid) 1 gr, Vitamin B1 2 gr, Vitamin B2 4 gr, Nicotinic Acid 5 gr, Vitamin B6 1 gr,Vitamin B12 1 mg, Vitamin C 20 gr (Amirudin, 1995).
2.1.7.2.  Jeruk Nipis
Dalam setiap 100 mg jeruk nipis mengandung kalori 37,0 kal, protein 0,80 gr,Lemak 0,10 gr, karbohidrat 12,30 gr, kalsium 40,00 mg, fosfor 22,00 mg, zat besi 0,60Mg, Vit B1 0,40 mg, Vit C 27,00 mg, air 86,00 gr, Bdd 76% (Rumana, 2003).


2.1.8. Zat  Aditif
Adalah bahan yang ditambahkan kedalam ransum dengan jumlah sedikit dengan tujuan tertentu. Dari hasil praktikum tidak ditemukan bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, sehingga tidak sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2005) yang menyatakan bahwa bahan pakan yang masuk dalam kelas ini meliputi antibiotik, hormon dan obat-obatan. Adapun hubungan antara bahan pakan dengan bahan additive ini adalah bahwasanya bahan additive digunakan untuk meningkatkan kualitas produk.Hal ini sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa beberapa informasi penting untuk bahan tambahan atau additive sehubungan dengan pengolaan pakan ternak adalah bahan additive diberikan atau ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah sedikit, bahan additive ini diperlukan agar produksi pakan optimal.Bahan pakan yang termasuk zat aditif adalah jahe, kunyit, cuka dixsi, urea, temulawak.
2.1.8.1.  Jahe
Jahe adalah rimpang jahenya yang telah berkembang dalam tanah yang ukurannya semakin  besar seiring pertambahan umur tanaman dan biasanya digunakan sebagai zat adifit (Prasetio, 2003). Rimpang jahe mengandung nutrisi pati sekitar 58%, protein 8%, oleoresin 3-5% dan minyak atsiri 1-3% (Rusmana, 2000).

2.1.8.1. Kunyit
Kunyit adalah tumbuhan suku Zingiberaceae marga curcuma. Banyak digunakan dalam masakan misal sebagai bumbu penyedap, pemberi warna kuning dan dapat membuat makanan lebih awet, dapat juga digunakan sebagai obat.Nilai nutrisi kunyit per 78 gr adalah kalsium 74 gr, fosfor 78 gr, besi 3,3 mg, kalori 63 Cal, protein 2 gr, karbohidrat 9,1 gr, air 84,9 gr.
2.1.8.2.  Temulawak
Berdasarkan hasil praktikum, temulawak termasuk zat additif, memiliki bentuk bongkahan, berwarna kuning (orange), bau khas temulawak, rasa pahit serta mengandung zat antinutrisi berupa mimosin.Hal tersebut sesuai dengan pendapet Murtidjo (1991) yang menyatakan bahwa temulawak mempunyai warna kekuningan atau kecokelatan.





DAFTAR PUSTAKA
Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Siregar. 1994. Penggemukan Sapi. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Tillman, Hartadi, H, Reksohadiprodjo, Praawirokusumo dan Lobdosoekodjo.

1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar